Thursday, December 02, 2004

Pulpen baru

Kemarin aku baru aja beli pulpen baru. Aku emang boros soal alat tulis. Mau ujian beli pulpen baru, mau semester baru beli binder baru, buku tulis baru....seakan-akan alat tulisa baru memberikan semangat baru untuk menulis dan belajar. Kalo mau diperhatikan isi kotak pensilku banyak sekali alat tulis. saking banyaknya sampe aku jarang makenya. Kali ini alasan aku membeli pulpen baru karena aku baru saja dapet notes baru dari Mama. Notes dari sekolah SMPku lumayan bagus sih. Rencananya aku pengen nulis sesuatu didalamnya. Notes baru dan pulpen baru, membaawa semangat baru untuk menulis sampai habis. Kenapa yah kita begitu bersemangat dengan sesuatu yg baru? Teman baru, baju baru, sekolah baru, pacar baru dsbnya. Jika sudah lama kita akan terbiasa dan akhirnya lupa.....begitu yah.

Hari ini...


Aku suka banget sama acara dokumanter di TV. Hari ini aku nonton 2 dokumenter. Satu tentang mata-mata bernama Matahari, seoarang perempuan Belanda yang canti tapi karena kehausan kasih sayang seorang Bapak dan penderitaan dia menjadi seorang perempuan penghibur, baik hiburan dalam arti sebenarnya dan juga dalam arti lain. Dan karena cinta pula semua orang lari meninggalkan di akhir hidupnya di depan regu tembak.
Dokumenter kedua tentang Notredamus dan ramalannya tentang 911. Menurut pengikutnya Notredamus sudah meramalkan tragedi 911 tapi menurut skeptis itu hanya dihubung2kan saja. Tapi ada quoate yang bagus "Untuk memahami masa depan kita harus mengerti masa lalu".
Aku juga gak suka dengan konsep ngeramal dan aku nggak suka disebut peramal. Aku hanya "melihat" apa yang ada pada orang itu jadi itu bukan ramalan. Sebel deh kalo dibilang peramal.
Aku juga lagi suka baca blogspot seorang gadis Iran. Aku gak pernah lihat wajahnya karena menurut sebuah majalah yg aku baca bloggers Iran ini merupakan para perempuan yg menyuarakan kritik-kritik mereka pada kehidupan mereka di Iran dan itu juga termasuk pemerintah, budaya, mullah dan juga guess what Amerika, Palestina, Israel dan sebagainya. Karena negara dan masyarakat mereka belum bisa menerima kebebasan berpikir, maka mereka lebih suka memakai nick dan tidak akan memakai nama asli apalagi pasang pic dan avatar kayak aku. Selaian itu mereka bisa dipenjarakan dengan tuduhan subversif.
Kadang2 aku membayangkan seperti apa gadis ini. Dia seumur denganku, bekerja sebagai guru paruh waktu, mempunyai gelar sarjana di bidang engineering, akan mengambil S2, pinter karena dia lulusan PTN di Iran dan mempunyai Ibu yang begitu cerewet soal kesopanan dan tata krama (dia selalu merasa adanya culture gap antara dia dan ibunya). Seakan-akan ada bagian dalam diriku ada padanya dan kadang2 aku belajar banyak dari dia dengan pikiran2nya yg kritis.