Tuesday, December 27, 2005

Sound Of Music


Ini adalah salah satu adegan film favorit saya "Sound Of Music". Saya nonton film ini pertama kali saya SD, entah kelas berapa. Tetapi lagu-lagunya memberikan kesan yang mendalam bagi saya.

Lagu favorit saya antara lain "Do Re Mi" dan "Edelweiss". Tetapi setelah saya nonton beberapa kali, maka "Climb Every Mountain" juga jadi favorit saya.

Ceritanya sih sederhana, tentang seorang gadis bernama Maria yang bekerja menjadi pengasuh 6 anak. Mereka adalah anak-anak seorang kolonel angkatan laut yang mendidik anaknya selayaknya anak buahnya di kapal.

Bagusnya lagi film ini menyisipkan pesan-pesan patriotik tanpa berkesan "brainwash". Seperti pada adegan dimana mereka harus berurusan dengan NAZI dan juga pada lagu "Eldeweiss".

Dari semua lagu-lagu yang dinyanyikan, lagu "Climb Every Mountain" memberikan kesan yang mendalam bagi saya. Lagu itu dinyanyikan tiga kali oleh suster-suster biara. Pertama pada adegan Maria menikah dengan sang kolonel, dimana Maria merasa tidak yakin akan kata hatinya yang sudah jatuh cinta dengan kolonel. Maka suster-suster itu meyakinkannya bahwa taat kepada Tuhan itu banyak caranya, bukan hanya menjadi suster dan hidup di biara. Ikuti kata hati, karena itulah yang terbaik. Saat itulah lagu "Climb Every Mountain" dinyanyikan.

Kedua, ketika Maria dan keluarganya melarikan diri dari NAZI. Dimana digambarkan sang Kolonel menolak bekerjasama dengan NAZI karena masalah ideologi yang berbeda dan Sang Kolonel dengan tegas menolak menjadi bagian dari NAZI. Karena prinsip itulah dia dikejar-kejar dan harus melarika diri ke Swiss. Dalam usaha pelarian itu, mereka harus bersembunyi di biara. Ketika Maria dan para suster itu berpisah, saat itulah suster-suster itu menyanyikan lagu "Climb Every Mountain" lagi. Seakan-akan memberikan restu dan mendoakan kepada Maria untuk memperjuangkan apa yang mereka yakini benar.

Ketiga, ketika closing. Maria dan keluarganya berada di puncak gunung. Seakan-akan memberikan kesan bahwa perjalanan hidup masih jauh dan kita harus berani untuk "mendaki semua gunung dalam kehidupan kita". Yah semoga saya bisa seperti Maria yang bisa mendaki semua "gunung dalam kehidupan saya".


Climb Every Mountain


Climb every mountain,
search high and low
Follow every by way,
every path you know
Climb every mountain,
ford every stream
Follow every rainbow,
till you find your dream
A dream that will need,
all the love you can give
Everyday of your life,
for as long as you live
Climb every mountain,
ford every stream
Follow every rainbow,
till you find your dream
A dream that will need,
all the love you can give
Everyday of your life,
for as long as you live
Climb every mountain,
ford every stream
Follow every rainbow,
till you find your... dream...

Jakarta, 28 Desember 2005....jam 9 lebih....on air yuuukkkssss.....

Tragedi seseorang, komedi bagi orang lain

Gara-gara host program saya mengatakan kutipan "tragedi seseorang, komedi bagi orang lain" setelah menyaksikan liputan tentang Ibu Kiki Fatmala, Fatma Farida yang merasa anaknya sudah durhaka pada dirinya. Saya jadi berpikir yah memang begitu keadaannya.

Lihat aja ketika saya hampir kena copet, bukannya saya dikasihani (walaupun saya nggak minta sih rasa kasihan) atau diberi simpati, teman-teman saya malah mentertawakan dan mengatakan "kok bisa saya hampir dicopet? Lha kamu kan preman?" Padahal hampir saja terjadi tragedi.

Pernah juga waktu teman adik saya yang badanya gemuk sekali jatuh dari motor. Gara-gara menahan berat tubuhnya dengan tangan kirinya, tanganya jadi patah. Hasilnya dia diketawain sama orang-orang, karena sebenarnya kalau hanya jatuh dari motor luka-lukanya tidak begitu parah, tetapi karena dia keukeuh menahan tubuhnya dan tangannya gak kuat maka tangannya patah.

Ingat gak sama peristiwa Tsunami setahun yang lalu. Ada juga kisah "lucu". Ada seorang anak laki-laki yang kakaknya suka banget sama tim Itali (saya lupa nama tim-nya), sampai adiknya dibeliin kaos dari tim kesayangannya dan yang pasti palsu lah. Ketika Tsunami menrjang Aceh, anak itu memakai kaos itu dan dengan semangat yang tinggi dia yang sudah terbawa Tsunami ke tengah laut, bertahan hidup di atas kasur busa yang mengapung sampai tiga hari.

Tiga hari kemudian, dia berhasil ditemukan dan bertemu lagi dengan keluarganya. Kisah dramatis itupun disiarkan media massa sampai ke seluruh dunia, termasuk juga ke Itali. Melihat kisah si anak, akhirnya manajemen tim sepak bola tersebut mengundang si anak ke Itali dan diberi seperangkat souvenir dari tim tersebut. Seingat saya, waktu itu pelatih tim itu mengatakan "Semangat survive itulah yang menginspirasi tim kami untuk lebih berjuang tahun ini."

Selang beberapa hari orang-orang mulai membuat komedi dari kisah itu. Mulai dari kaos tim yang palsu sampai yang beruntung adalah kakak si anak, karena anak tersebut sebenarnya tidak mengerti tentang bola apalagi nama pemain yang tercantum pada bagian belakang kaos yang dia kenakan pada saat Tsunami.

Saya jadi ingat kata Uli Herdinansyah (Host yang mengataka kutipan tersebut pada saya), "seringkali orang sudah "bosan" mendengar berkali-kali sebuah tragedi, akhirnya malah melihat sisi humor dari semua tragedi". Lihat saja tragedi Ibu Fatma Farida, akhirnya orang mentertawakan dia, karena siapapun Kiki Fatmala dan betapa pun bobrok moralnya seperti yang selalu dia teriak-teriakan sampai histeris di media massa, itu juga hasil didikannya. Maka tertawalah orang-orang melihatnya. Belum lagi cara orang meniru gaya histerisnya.

Jadi setiap tragedi adalah komedi bagi orang lain.....hehehehehehehehe......

Jakarta, 28 Desember 2005

Monday, December 19, 2005

MY FIRST CHRISTMASS

Kalo lihat judulnya, pasti pada ngira saya beragama Kristen. Salah sama sekali saya Islam, walaupun suka melanggar ajaran-Nya....hehehehehehe. Tapi hari ini saya ikut merasakan makna Natal, yati kasih dan kebersamaan. Ceritanya dimulai, ketika secara mendadak saya diminta boss untuk jadi creative untuk taping program Natal karena creative Natal cuma satu orang.

Bagi saya gak masalah karena dengan begitu saya bisa belajar acara di studio, karena selama ini saya ditempatkan di program dengan studio yang lebih kecil. Jadilah pada malam harinya saya ikut meeting dengan client yang notabene beragama Kristen, sedangkan dari pihak kru hanya dua yang Kristen, Boss saya dan teman saya sesama creative bernama Nana. Lucunya kenyataan itu membuat pihak client kaget juga....hehehehehehehe.

Mereka tidak tahu, bahwa di kantor saya kami didik untuk menjalankan tugas dengan baik. Tidak peduli itu tugas untuk produksi beda agama. Lha wong yang Kristen juga sering ikutan produksi program-program agama Islam, kenapa juga yang Islam gak ikutan mensuksekan program mereka.

Malamnya saya menghias pohon Natal dan sekali lagi yang menghias pohon Natal adalah teman-teman saya yang Islam bersama yang Kristen. Menyenangkan sekali, kami tertawa bersama, saling memberikan saran dan pujian pada pohon Natal masing-masing. Rasanya malam yang bertambah larut tidak dapat menghentikan kebahagiaan kami.

Sejak itu saya berpikir kenapa sih Indonesia gak bisa seperti kami? Kami juga orang Indonesia, walaupun cuma beberapa orang, tapi keakraban kami menggambarkan secara pribadi kami ingin damai, saling menghormati dan berkerjasama. Andai saja semua umat beragama tidak egois seperti kami, mungkin gak sih Indonesia bisa damai?? Semoga ini menjadi perenungan.

Selamat Natal yah bagi merayakan.....

ORANG YANG PALING BERUNTUNG SEDUNIA

Dua hari yang lalu aku baru saja marah sama temen kantorku. Rasanya bukan plong tapi ada tekanan lain yang membuat aku merasa shock. Kata siapa marah bisa menyelesaikan segalanya. Belum lagi malah membuat semua pekerjaan berantakan. Intinya saya berusaha nggak akan marah lagi, kalo bisa dipikirkan dengan tenang kenapa nggak???

Tetapi hikmah dibalik itu semua, saya punya teman-teman yang baik banget. Ketika saya sudah merasa di titik terbawah saya dan air mata saya sudah tidak tertahankan, semua teman saya berada disamping saya, merangkul saya dan meminjamkan bahu mereka untuk tempat saya melepaskan kekesalan. Apalagi ada satu kalimat yang akan saya ingat banget, "Non, kamu beruntung kamu punya teman, kalo dia (maksudnya teman yang saya marahin) nggak punya siapa-siapa untuk tempat dia curhat." Tiba-tiba aja saya ngerasa, saya adalah orang yang paling beruntung sedunia.

Yup, saya emang orang paling beruntung sedunia. Saya emang gak punya pacar, nggak pinter-pinter amet, gak deket dengan boss, gak kurus (hehehehehe....alias gemuk) dan lain sebagainya (yah kalo disebutin semua bisa-bisa 3 hari 3 malam saya gak tidur), tapi saya punya banyak teman yang "ada" buat saya ketika saya membutuhkan.

Saya akan merasa beruntung lagi jika pada suatu saat saya hadir ketika mereka berada di posisi saya saat itu. Untuk meminjamkan "bahu" saya ketika mereka membutuhkan tempat sekedar dukungan. I love you all guys.....Pak Erik, Riza, Wisnu, Mbak Tasha dan Dian Pano.